04 Maret 2013

Dan terjadi lagi... dess des thak

ini sebetulnya sudah diantisipasi sejak lama. Tapi lek durung isok diilangno, gimana ya?

cantik. ya.
dari awal memahami bahwa ada satu sisi eksternal yang bisa dikagumi dari seorang wanita, aku terus mempelajari bahwa ada yang harus diwaspadai ketika sudah masuk ke dalam fase kagum ini. Rasanya pelajaran ini lebih penting daripada 8 jam mata pelajaran di kelas, atau 18 sks dalam satu semester.

konon, tak mesti melihat wajahnya. di suatu pijakan kehidupan aku tahu bahwa ada sisi lain wanita yang bisa dikagumi selain eksternalnya. internalnya lebih kaya raya. bahasa jembernya : inner beauty.

tapi kan kita melihat pertama dari wajahnya. kalau seandainya  antara hatiku dengan hati-hati para hawa masing-masing ada alamat webnya, mungkin sudah kukunjungi satu persatu tanpa melihat fisiknya dulu. tak perlu tergoda lagi..

ini bukan karena inget mantan. yalah, wong tiap hari muncul di temlen pamer kebahagiaannya dengan hulubalang barunya, terkadang.

bukan hanya mantan-mantanan, tapi kaum adam mana sing gak tertarik wanita? terutama pada wajahnya terlebih dahulu?

sudah berapa banyak nih cerita yang terjadi di kehidupan pribadiku, sing berawal dari godaan berakhir dengan harapan fana... banyak.

tapi, inilah hidup. harta, tahta, wanita.

mungkin kalo belum punya harta belum punya tahta. kalau belum punya harta atau tahta, aku belum bisa punya wanita.

halah, sudahlah. tak garap tugas. Read More and Comments

10 Februari 2013

Cuti kuliah.

Sepandai pandai tupai melompat pada akhirnya jatuh juga.

Kenyataan terjadi : saya gak lulus mata kuliah Statistik Terapan untuk yang kedua kalinya. Yap. Saya downgrade. Mengadu nilai? Sudah tak ada guna. Bapak dosen yang berinisial S tersebut tetap pada pendiriannya mengentry nilai Statistik saya pada abjad ke-4 yang itu artinya saya tidak lulus untuk yang kedua kalinya.

Parahnya, dari DKV tinggal saya saja yang ngulang Statistik! :(

Berdasarkan Ibu Diah, TU yang telah saya curhati, konsekuensi yang harus saya terima adalah cuti satu semester. mengapa?

"karena di semester ganjil Statistik tidak membuka kelas," kata Ibu Diah. Unless, lanjut beliau, kalau yang tidak lulus dari satu angkatan satu prodi berjumlah 8. Nah karena yang tidak lulus cuma saya dari 2010, maka saya dinyatakan cuti sodara sekalian.

"kusedih... hatiku sedih..." -- Cita-citaku, The Panas Dalam.

Dibalik punishment  ini saya menyiratkan syukur kehadirat Yang Maha Kuasa. Dikarenakan yang saya terima masih ringan. Konon, kalau tidak lulus satu mata kuliah dari semester awal sebanyak dua kali maka mahasiswa/i tersebut dinyatakan DO atau Drop Out sodara sekalian. Namun dewasa ini ITS memberlakukan hal baru yaitu hal yang disebut "Dispensasi".

 Definisi dari Mahasiswa Dispensasi adalah mahasiswa yang bersangkutan (dalam hal ini SAYA) harus mencutikan diri selama satu semester jika matkul yang ngulang 2 kali tidak ada di semester yang akan dijalani. Cuti dicabut setelah menginjak semester dimana dalam semester tersebut terdapat matkul yang ngulang 2 kali.

Singkate ngene, aku ngulang Statistik. Statistik di semester genap. Sedangkan aku dinyatakan tidak lulus dengan nilai D. Agar selamat dari DO, aku kudu melewati semester ganjil untuk sampai kembali kepada semester genap dan kembali ngambil Statistik. Gitu lho.

Sampailah pada hari ini, saya akan kembali memulai perkuliahan. Cuti kali ini benar-benar worth. Banyak yang bilang "Abu ini cuti tapi gak kayak cuti," atau "Kamu cuti tapi tetep produktif lho, Bu," dan masih banyak lagi yang gak percaya kalau saya beneran cuti, bahkan sampai minggu terakhir perkuliahan. Sebab selama cuti saya main terus ke kampus. Kenapa? Bosen di rumah. Pergi keluar adalah segalanya!

Banyak juga ya cerita selama cuti. Pernah nggending maba, tapi pada akhirnya gagal. Lalu jadi sie dokumentasi dan ngerjain teaser-nya IDE ART, kemudian menggawangi komunitas Video di kampus, dan banyak lagi hal yang sebagian besar mengharuskan saya ngampus tiap harinya. Di luar kampus, banyak orderan mamen. Tapi hasil ya belum seberapa, yang penting belajarnya dulu lah.

Oh iya, sama ngerilis film SALAH GAUL! Uh gara-gara ini terjadi defisit anggaran baik sangu pribadi maupun tabungan perusahaan :')


Udah itu aja sih singkate. Lek mau cerita full e ketemuo aku, tak critani full, hehe.

Selamat Pagi Minggu pertama perkuliahan semester genap! Read More and Comments

19 Januari 2013

Menunggu Anget

Cinta itu kayak kopi. Ngangetno, garai melek.
Lek gak ndang diombe keburu adem.
Trus sekarang kopiku kepanasen, gara-gara aku nyeduh banyu anget gak kiro-kiro.
Berarti kudune aku alon-alon ngono yo lek witing tresno, ojok kesusu nyeduh.
Ojok kesusu diombe sisan, ngkok garai melepuh lidah.
Tersesat cinta sesaat. halah..

Dadi intine...dijarno adem sek. ngenteni momen sing pas gae diombe. 
Sepertinya, kayak gitulah menunggu datangnya cinta..

<.tr>
iki kopiku sing kakean banyu panas. saiki wes kenek diglogok.
Read More and Comments

19 November 2012

Analogi Indonesiaku

Mengibaratkan Indonesia sebagai wanita. Punya kehormatan, kekayaan, kecantikan, dan lainnya. Ibaratkan juga 

Pemerintah adalah otak, dan rakyat adalah hati nurani. 

Wanita ini ingin makmur, dengan "kerjasama" oleh banyak Lelaki (negara luar). Tapi keterusan. 

 Di Otaknya hanya uang, uang, uang dan lainnya. Tapi jalannya salah, Wanita ini menjadi seperti jual diri.

Namun, sesungguhnya dalam hati yang terdalam tidak ingin. Otak lebih berkuasa. 

Yasudah, kayak gitu aja. 

Twitter, 19 November 2012
Read More and Comments

17 November 2012

Ada sesuatu yang harus dicapai, lebih dari ini

Tanggal 12 November 2012 kemarin seharusnya menjadi hari besar, hari besar yang kecil. Pertama kali, buat film bersama teman (nyaris) seumur hidup yang pada akhirnya diputar di layar XXI.

Dulu waktu pertama kali bikin film dokumenter sekolah, Last Record pas SMA kelas XII, harapannya adalah filmnya diputar di layar besar. Ditonton bersama-sama, rame-rame sama teman-teman seperjuangan. Biar bisa ketawa bareng, sedih bareng, semuanya bareng.....untuk yang terakhir kalinya.

Agar semangat, maka hasil akhirnya kubuat menjadi widescreen agar enak dinikmati nantinya. Pelebaran dimensi tersebut juga untuk menambah semangat membuat film kedepannya, bahwa sesungguhnya ada mimpi dibalik pembuatan filmnya waktu itu.

Mimpi tersebut adalah mempunyai film yang diputar di layar bioskop.

Jadi dengan menonton Last Record berkali-kali, kami berandai-andai kalau film ini akan diputar di bioskop suatu hari nanti,Sampai saat gagal tayang, Last Record tetap jadi penambah semangat bahwa sudah seharusnya mimpi itu jadi kenyataan di proyek selanjutnya.

Lalu datanglah tahun ketika Last Record Production reborn, 2012. Disamping melayani jasa, kami juga mempersiapkan film kedua yang akan dibuat tahun ini juga. Itulah Salah Gaul.

Film ini sejatinya sebagai film "pemanasan" untuk proyek film selanjutnya yang lebih serius. Jadi wajar kalau ada kekurangan sana-sini dalam film ini, meskipun akhirnya niat kita untuk menghibur selain mengedukasi sudah dapat tersampaikan dan diterima teman-teman semua. Kualitas pun kami pasang tinggi.

Tanpa disangka, Salah Gaul masuk finalis dokumenter Psychofest 2012. Acara pemutaran pun diadakan di XXI Sutos. Cakep!

Dari rumah sampai bioskop aku sudah deg-degan. Bukan karena kalah atau menangnya, tapi apakah benar-benar bisa seperti filem filem holiwut yang make widescreen. Hahahaha...

Film kami pun diputar. Seluruh bioskop terlihat terhibur. Namun ternyata kami nggak menang. Tapi kamu tetap bahagia karena mimpi lama kami terwujudkan.


Namun kalo dipikir-pikir, impian ini terwujud terlalu cepat. Tahun ini digarap dan jadi, terwujudnya impian juga ya tahun ini.


Sutradara The Land Beneath The Fog, Salahudin Siregar, pernah bilang bahwa film masuk bioskop bukanlah pencapaian pertama. Memang benar sih, ada yang seharusnya lebih daripada diputar di bioskop. Entah itu masuk festival atau apa itu, masih belum tahu.

Yang jelas, saya punya kesimpulan bahwa bioskop hanyalah sejenis ruang pamer film, cuma fasilitas. Belum tentu dapat penonton yang diinginkan, atau belum tentu dapat penghasilan walaupun pada akhirnya dari hasil pemutaran dapat royalti dari pihak jaringan bioskop. Lalu film akan turun layar, menghilang dari peredaran karena kalah pemasukan, dan orang-orang akan lupa dengan film-film yang pernah diputar di bioskop.

Tuhan mencoba memberi maze baru dalam tahap baru ini. Mungkin Tuhan menganggap bahwa impian kami membuat film untuk diputar di layar lebar adalah impian yang terlalu kecil, lalu Tuhan diam-diam memberi jalur baru, lebih daripada ini.\

Kalau impian tersebut tercapai terlalu cepat, mungkin ada sesuatu yang harus dicapai lagi. Lebih dari sekedar tayang di bioskop. Lebih dari yang pernah ada. Read More and Comments