30 Oktober 2010

Bencana Bukanlah Pembalasan

"...Karena Tuhan-lah Maha Cinta..."
-- Nidji, "Tuhan Maha Cinta"

DALAM sepekan terakhir, sudah banyak bencana menerpa negeri kita. Berturut-turut menghantam dan menyapu saudara-saudara kita sehingga saudara-saudara kita disana menjadi tunawisma, kehilangan beberapa anggota keluarganya, atau bahkan (ironisnya) menjadi sebatang kara. Tidak tahu lagi mau dibawa kemana tujuan langkah hidupnya. Naudzubillah, semoga itu tidak terjadi kepada kita

Banyak yang bilang, ini adalah balasan kepada pemerintah negara kita yang semena-mena, tidak tegas, nyaris nyerempet tidak peduli kepada rakyatnya, dan menyia-nyiakan jabatannya. Atau bahkan ada yang lebih ekstrim lagi : sudah mendekati kiamat.

Memang sudah tertulis dalam kitab suci-Nya bahwa salah satu tanda dekatnya kiamat adalah makin banyaknya bencana alam terjadi, bukti kemurkaan Tuhan kita terhadap hilangnya norma-norma dan nilai sosial dan agama dalam setiap diri manusia. Maksiat merajalela, cowok jadi cewek, yang cewek jadi cowok.

Tapi di penjelasan tanda-tanda kiamat berikutnya tertera kalimat "hilangnya masa umat muslim." Memang di dunia ini maksiat dan segala fakta yang telah berputar balik telah ada dan nyata, namun nyatanya sampai sekarang agama terakhir islam masih berdiri kokoh di dunia ini. Jadi, belum tentu ini sudah mendekati kiamat, kan? semoga belum, aku belum nikah, belum punya anak, belum sukses, belum bahagiain ortu. huaaa....

Lalu kita lihat sebab lain yang katanya orang-orang adalah penyebab utama bencana bertubi-tubi di negeri kita.

Yang katanya penyebabnya adalah kedzaliman pemerintah terhadap rakyat, semena-mena dan sia-sia menjabat jabatannya, ternyata belum bisa terbukti dengan tepat.

Mari kita lihat barisan lempeng bumi di kepulauan Indonesia, yang disana katanya aktifitas tektonik dan vulkaniknya tinggi.

Lihatlah, kepulauan kita, terutama di selatan pulau Jawa dan barat pulau Sumatera berbarislah lempeng-lempeng tektonik yang bila lempeng itu beraktifitas, otomatis aktifitas perut bumi bergejolak seperti orang yang sedang sakit perut. Selain itu di sekitar Sulawesi, Maluku, dan Papua juga ada barisan lempeng aktif. Jadi wajar kalau negeri ini sering tertimpa bencana alam seperti gunung meleduk (bukan kompor), sampai Tsunami. Karena kebanyakan lempeng berada di daerah lautan dan pesisir.

Tapi tunggu dulu. Bukannya aku pro dengan pemerintah ataupun pro dengan rakyat. Tuhan telah menyiapkan rencana yang rapih dibalik semua ini. Kalaupun bencana alam memang balasan dari Allah atas segala kedzaliman para pemimpinnya, mengapa yang terkena dampak tersebut adalah rakyat, yang malah selalu mengemis dan memelas belaskasihan para pejabat? Berarti Tuhan dosa, dong?

Begini, kita semua tahu Allah Maha Penyayang. Dari hamba-Nya yang tidak berdosa sampai yang paling berdosa sedunia wal akhirat pun Allah masih peduli. Karena itulah Allah tidak memberi balasan (adzab) langsung kepada para pejabat yang acuh tak acuh. Tapi kenapa yang kena malah rakyat?

Setiap makhluk hidup yang diciptakan Tuhan pastilah mereka punya banyak malaikat yang ada disamping mereka, terutama kita manusia. Kalaupun malaikat-malaikat itu sayang pada "tuan"-nya, malaikat-malaikat tersebut pasti akan memberi pembelaan terhadap tuannya kepada Tuhan. Namun bagi orang yang sering melakukan dosa, malaikat-malaikat tersebut mendukung, tapi massanya lebih sedikit daripada tuan yang beriman, yang malaikatnya lebih banyak.

Namun, karena Tuhan Maha Adil, Tuhan-pun masih menyayangi apapun yang diciptakan-Nya, menyamakan hak antara umat-Nya yang pendosa dan beriman.

Waktu Allah akan menurunkan bencana lewat salah satu malaikatnya -tentunya tidak ada dalam daftar 10 malaikat yang wajib diketahui, malaikat-malaikat para tuannya datang ke Tuhan untuk memberikan pembelaan. Karena begitu banyaknya orang baik-baik yang disayang malaikat, Tuhan pun ikut menyayangi umatnya yang lebih baik imannya. Maka dari itu, turunlah bencana di daerah umat-umat yang paling disayang Tuhan tersebut. Dan inti dari bencana itu adalah : Tuhan ingin bertemu langsung dengan umat-Nya yang paling Dia sayangi. Subhanallah, semoga korban Merapi dan Mentawai termasuk dalam golongan ini, amin.

Sedangkan bagi umat Allah yang malaikat pembelanya sedikit -dalam hal ini pemerintah yang sering dituduh rakyatnya, Allah memberi refleksi kepada si pemerintah tersebut. Allah ingin melihat apakah hatinya bisa terenyuh dan bersimpati melihat rakyatnya yang bernasib buruk. Sesungguhnya, Allah masih cinta dengan umat-Nya yang termasuk dalam golongan ini, tapi dengan syarat apakah dia masih peduli dengan saudara seimannya, dan yang terpenting apakah masih peduli dengan Sang Penciptanya.

***

Berita terakhir yang turun tentang jumlah korban tsunami di Mentawai berjumlah setidaknya 335 korban jiwa yang tewas, 400 orang lebih dikabarkan hilang, Luka berat 15 orang, dan luka ringan 25 orang. Sedangkan untuk letusan Merapi tercatat 32 orang dengan 25 korban tewas termasuk juga didalamnya sang juru kunci, Mbah Maridjan, yang kabarnya ketika merenggut nyawa posisi almarhum digambarkan sedang bersujud. Kalau benar, subhanallah. Semoga Mbah Maridjan dan seluruh korban bencana Mentawai dan Merapi juga termasuk dalam golongan umat yang disayang Allah SWT. Amin.

Terlepas dari semua ini, marilah kita ambil hikmah dari segala bencana dan masalah yang ada. Berhenti meratapi nasib ini dan selalu melihat kebelakang. Dibelakang sudah tidak ada apa-apa, hanya sebuah "kenangan" yang wajib kita ambil hikmahnya dan maju kesana menuju masa depan. Innallaha, Allah telah menyiapkan surga untuk orang-orang yang Dia sayangi. Mari berlomba-lomba untuk menjadi umat yang Dia sayangi dengan beramal dan beribadah dengan tulus kepada-Nya :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar