Dengan diumumkannya tema DetEksi-con (Detcon) tahun depan, 2011, maka berakhirlah rangkaian pameran mading dan segala acara di venue Detcon, SSCC PTC, Surabaya. Dipamungkasi juga oleh pengumuman Journalist Blog Competition 9JBC) maka Detcon 2010 benar-benar telah selesai.
Tema tahun depan adalah Movie Magic. Kalo kata Mas Azrul, "dengan film, kita bisa tertawa, menangis, terharu." Tema yang kelihatannya seru, dan kelihatannya akan lebih banyak menguras tenaga, pikiran, dan pastinya MATERI --kasihan juga yang nantinya gak menang, kalah sama sekolah-sekolah "nyentrik" (baca part sebelumnya) tersebut, hehehe.
Tapi untuk part terakhir ini, aku akan dikit membahas tentang sekolah-sekolah yang menang Detcon atau apapun dari Detcon kemarin, atau malah gak bahas sama sekali. Yang mau aku "kuliti" disini adalah tentang konsep Detcon yang sampai saat ini kayaknya makin terlihat sedikit membosankan. Bahkan, yang biasanya "selalu ada yang baru" malah waktu Detcon 2010 ini sedikit sekali perubahan yang ada. Palingan ya yang diberangkatin ke Aussie jadi belasan lebih lah (lupa pastinya berapa, hehehe).
***
Dalam beberapa halaman Jawa Pos, terutama DetEksi, selalu membahas kesuksesan dan kemeriahan Detcon di venue. Aku akui memang meriah sekali, asyik, bahkan Detcon bisa lebih berkesan ketimbang produk DetEksi yang lain (DBL, red). Banyak yang terjadi didalamnya, dari pra sampai pasca Detcon, gak ada yang terlupakan --sekalipun itu kenangan pahit seperti ditolak cewek incaran kayak aku, hehehe. Sekalipun Detcon tidak seru dan sedikit perubahan yang terjadi didalamnya --seperti Detcon 2010 ini, tetap Detcon menjadi tempat hangout, kumpul-kumpul bareng temen, pacaran, jalan-jalan bareng keluarga, dan lain-lain.
Namun kalo berdasarkan feel-ku dan adik-adik kelasku yang aku bantu bimbing, juga temen-temen sesama alumni yang datang ke Detcon kemarin rasanya ada sesuatu yang bikin gak seru. Entah apa itu.
Tapi aku coba amati, dari mulai berita di koran sampai di venue sendiri. Ternyata ada poin-poin pening yang harus digaris bawahi oleh panitia dari DetEksi, dan mungkin semoga bisa jadi bahan evaluasi agar aku dan teman-temanku gak bosen ngikut Detcon, walau hanya sekedar "absen". Hehehehe....
***
Detcon tahun ini nampaknya hampir sama dengan Detcon tahun kemarin. Tiada perubahan yang berarti. Semua sama. Paling yang berubah hanya yang ke Aussie berapa, terus soal panggung dan layout venue keseluruhan. Tapi cara-cara DetEksi membuat kehebohan masih sama saja, juga dari sisi acara yang belum ada perubahan yang berarti. Semua masih sama.
Coba kita lihat DBL. Tiap tahun ada saja yang baru, yang membuat kompetisi itu heboh dari kota ke kota. Bahkan tiap tahun makin banyak kota yang meminta dipijaki oleh DBL Indonesia. Perkembangannya cukup signifikan. Bahkan sang commisioner Azrul Ananda menjadi calon kuat ketum Perbasi karena dedikasinya yang tinggi di dunia perbasketan Indonesia.
Nah ini yang kudu digarisbawahi. Jikalau Azrul terpilih sebagai ketum Perbasi, apakah tidak tambah sibukkah beliau? Apalagi beliau saat ini lebih dikenal sebagai commisioner DBL, bukan Detcon. Bisa kita bayangkan dan terka sendiri, bila nanti beliau jadi ketum Perbasi, apakah beliau masih bisa "menuntun" Detcon untuk lebih maju? Abi-nya saja, Dahlan Iskan harus melepas jabatannya sebagai CEO Jawa Pos hanya untuk menjadi Dirut PLN sepenuhnya. Haruskah nantinya Azrul harus melepas DetEksi secara bertahap hanya untuk menseriusi basket? Kalau memang begitu, ini berarti pertanda munculnya point of diminishing return (titik kebosanan) dalam Detcon yang pernah dibilang Azrul sendiri.
Yang paling penting adalah konsep. Nah, dalam setiap event Detcon yang selalu tak lepas aku ikuti selalu ada perubahan tiap tahunnya, dan perubahan tersebut selalu disambut positif oleh peminat-peminatnya. Namun kali ini sepertinya hampir tidak ada perubahan yang berarti didalam tubuh Detcon. Isi acaranya masih sama, cuma ditambah-tambahi oleh supporting event yang sudah ada, seperti Pop Group yang dulunya khusus SMP sekarang SMA juga ada. Bagaimanapun itu, Pop Group tetap Pop Group. Setahuku cuma itu isi acara yang ada tambahan ataupun perubahan, selain itu hampir tidak ada yang bikin heboh seperti event-event DetEksi biasanya.
Nah, kalau DetEksi tetap mempertahankan konsep Detcon sama seperti itu terus, itu berarti mereka akan melaukan "bunuh diri", karena konsumen sudah terbiasa dengan perubahan yang heboh dalam Detcon. tapi disaat tidak ada perubahan itu sama saja mengurangi penggemar Detcon ini. Sekalipun DetEksi nantinya membuat berita yang "narsis" --walaupun tidak benar-- hanya untuk menarik pengunjung.
Mungkin yang utama saat ini cuma konsep acara. Konsep acara Detcon harus terus berubah demi eksistensi Detcon. Jangan cuma DBL yang terus berkembang, ingat, kita masih punya Detcon yang harus 2 langkah lebih maju agar bisa menyamakan "kegilaan"DBL. Walaupun D dari DBL sudah bukan berarti "Deteksi" lagi, tapi logonya masih memuat Si Det yang bermain basket. Itu berarti Detcon dan DBL masih satu kesatuan yang harus berjalan bersamaan. Tentang Azrul Ananda, bukannya aku tidak memihak lagi kepada beliau bukan. Aku lebih memilih Azrul tidak menjadi ketum Perbasi agar masih bisa menaungi Detcon dan DBL lebih dalam. Cukup sampai NBL saja, toh ya takut juga Azrul kecapekan dan kekurangan waktu untuk memikirkan semua aset yang dimilikinya.
Det, aku tantang dirimu! Tahun 2011 harus ada perubahan agar aku dan kerabat-kerabatku tidak bosan menghabiskan seluruh tenaga, pikiran, dan -sekali lagi- materi untuk Detcon. Go DetEksi, Go Azrul! (end)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar