19 November 2012

Analogi Indonesiaku

Mengibaratkan Indonesia sebagai wanita. Punya kehormatan, kekayaan, kecantikan, dan lainnya. Ibaratkan juga 

Pemerintah adalah otak, dan rakyat adalah hati nurani. 

Wanita ini ingin makmur, dengan "kerjasama" oleh banyak Lelaki (negara luar). Tapi keterusan. 

 Di Otaknya hanya uang, uang, uang dan lainnya. Tapi jalannya salah, Wanita ini menjadi seperti jual diri.

Namun, sesungguhnya dalam hati yang terdalam tidak ingin. Otak lebih berkuasa. 

Yasudah, kayak gitu aja. 

Twitter, 19 November 2012
Read More and Comments

17 November 2012

Ada sesuatu yang harus dicapai, lebih dari ini

Tanggal 12 November 2012 kemarin seharusnya menjadi hari besar, hari besar yang kecil. Pertama kali, buat film bersama teman (nyaris) seumur hidup yang pada akhirnya diputar di layar XXI.

Dulu waktu pertama kali bikin film dokumenter sekolah, Last Record pas SMA kelas XII, harapannya adalah filmnya diputar di layar besar. Ditonton bersama-sama, rame-rame sama teman-teman seperjuangan. Biar bisa ketawa bareng, sedih bareng, semuanya bareng.....untuk yang terakhir kalinya.

Agar semangat, maka hasil akhirnya kubuat menjadi widescreen agar enak dinikmati nantinya. Pelebaran dimensi tersebut juga untuk menambah semangat membuat film kedepannya, bahwa sesungguhnya ada mimpi dibalik pembuatan filmnya waktu itu.

Mimpi tersebut adalah mempunyai film yang diputar di layar bioskop.

Jadi dengan menonton Last Record berkali-kali, kami berandai-andai kalau film ini akan diputar di bioskop suatu hari nanti,Sampai saat gagal tayang, Last Record tetap jadi penambah semangat bahwa sudah seharusnya mimpi itu jadi kenyataan di proyek selanjutnya.

Lalu datanglah tahun ketika Last Record Production reborn, 2012. Disamping melayani jasa, kami juga mempersiapkan film kedua yang akan dibuat tahun ini juga. Itulah Salah Gaul.

Film ini sejatinya sebagai film "pemanasan" untuk proyek film selanjutnya yang lebih serius. Jadi wajar kalau ada kekurangan sana-sini dalam film ini, meskipun akhirnya niat kita untuk menghibur selain mengedukasi sudah dapat tersampaikan dan diterima teman-teman semua. Kualitas pun kami pasang tinggi.

Tanpa disangka, Salah Gaul masuk finalis dokumenter Psychofest 2012. Acara pemutaran pun diadakan di XXI Sutos. Cakep!

Dari rumah sampai bioskop aku sudah deg-degan. Bukan karena kalah atau menangnya, tapi apakah benar-benar bisa seperti filem filem holiwut yang make widescreen. Hahahaha...

Film kami pun diputar. Seluruh bioskop terlihat terhibur. Namun ternyata kami nggak menang. Tapi kamu tetap bahagia karena mimpi lama kami terwujudkan.


Namun kalo dipikir-pikir, impian ini terwujud terlalu cepat. Tahun ini digarap dan jadi, terwujudnya impian juga ya tahun ini.


Sutradara The Land Beneath The Fog, Salahudin Siregar, pernah bilang bahwa film masuk bioskop bukanlah pencapaian pertama. Memang benar sih, ada yang seharusnya lebih daripada diputar di bioskop. Entah itu masuk festival atau apa itu, masih belum tahu.

Yang jelas, saya punya kesimpulan bahwa bioskop hanyalah sejenis ruang pamer film, cuma fasilitas. Belum tentu dapat penonton yang diinginkan, atau belum tentu dapat penghasilan walaupun pada akhirnya dari hasil pemutaran dapat royalti dari pihak jaringan bioskop. Lalu film akan turun layar, menghilang dari peredaran karena kalah pemasukan, dan orang-orang akan lupa dengan film-film yang pernah diputar di bioskop.

Tuhan mencoba memberi maze baru dalam tahap baru ini. Mungkin Tuhan menganggap bahwa impian kami membuat film untuk diputar di layar lebar adalah impian yang terlalu kecil, lalu Tuhan diam-diam memberi jalur baru, lebih daripada ini.\

Kalau impian tersebut tercapai terlalu cepat, mungkin ada sesuatu yang harus dicapai lagi. Lebih dari sekedar tayang di bioskop. Lebih dari yang pernah ada. Read More and Comments