Hem, kalo kalian lihat koran Jawa Pos hari minggu, tanggal 25 Juli 2010, halaman 35, tepatnya DetEksi yang memberitakan tentang DBL, lihatlah ke kolom foto-foto paling bawah. Cari orang yang kepalanya memakai TV dari kardus, yang membentangkan tulisan Thank You.
Ya itu aku! hehehe.
Kostum yang saya buat bukan asal membuat kehebohan di DBL Arena dan juga diantara suporter, namun saya memiliki maksud tersendiri dan memiliki makna daripada kostum kepala itu.
***
Minggu siang, 14 Februari 2010 mungkin menjadi hari yang bakal diingat oleh seluruh anak basket, cheers, dan suporter SMA Khadijah. Hari itu, di DBL Arena, tim basket putra DJ (sebutan sekolah kami) lolos ke babak utama. Jumlah suporter yang hampir mendekati 100 itu meletuskan balon hati dengan tangan mereka sendiri (karena saat itu bertepatan dengan hari Valentine, walaupun kita "tak sudi" untuk merayakannya :) . Lantas kita berteriak girang, saat papan bertuliskan "Babak Utama" dipegang oleh tim basket putra DJ.
Keadaan basket DJ saat ini jauh berbeda jika dibandingkan 1 tahun lalu saat tim basket putra DJ gagal lolos menembus babak utama di laga penyisihan melawan SMAN 1 Waru Sidoarjo. Ditambah dengan tim putri yang tidak lolos waiting list, dan diperparah oleh penonton asal DJ yang datang tanpa membawa dukungan penuh.
Kedua, Keadaan DJ saat tidak langsung masuk babak utama di DBL 2009 adalah karena kekalahan 3 kali berturut-turut di pertandingan babak utama di DBL 2008, Begitupun tim cewek. Mungkin karena sebab-sebab itulah orang-orang, bahkan orang dalam DJ sendiri mengecap bahwa, "Basket DJ kalahan!"
Keadaan berubah 180 derajat saat DJ kembali berlaga di babak penyisihan DBL tahun ini (2010). Entah ada angin apa, animo arek-arek DJ terhadap tim basketnya sangat besar. Dari siswa sampai guru datang menyaksikan, juga meneriakkan dukungan terhadap tim basket putra dan putri DJ. Dugaan sementara sih, karena ketua OSIS-nya anak basket :D
Teriakkan arek-arek membawa hasil. Tim putra masuk babak utama! Teriakan gembira dari kubu DJ membahana setelah mengalahkan SMAN 13 Surabaya dan St. Hendrikus Surabaya di laga minggu lalu. Kabar buruknya, tim putri tidak masuk babak utama. Namun, senyum yang terpancar dari seluruh tim basket putri sama sekali tidak menunjukkan kalau mereka telah kalah.
***
Prinsip saya bila berpartisipasi dalam event-event DetEksi (tertanda 2009), bahwa saya harus berusaha membuat heboh. Minimal diliput sama jurnalis lah, itu sudah cukup. Eits, bukan meghebohkan seperti memasak di arena atau meledakkan elpiji 3 kilo. Tapi heboh dalam hal meng-entertaining orang-orang yang melihat saya.
Terakhir saya membuat heboh di event Detcon 2k9. Saat itu, tidak peduli seperti apa bentuk mading sekolah saya, saya berpromosi dengan cara memakai kostum pocong dan berkeliling area konvensi. Saya tidak sendirian, bersama adik-adik kelas saya bergantian menjadi pocong. Berhasil, puluhan orang telah kami buat takut, lucu, serta girang. Tak jarang menjadi newsmaker di blog jurnalis. Yang paling aku ingat adalah saat menonton Alexa memakai kostum pocong didekat panggung dan dipotret oleh seorang fotografer asal SMA Muhammadiyah (berapa lupa, hehe) yang diposting ke blog jurnalis.
Pada babak utama ini, mumpung SMA saya masuk babak utama, saya meriahkan dengan sebuah kostum. Biasa namun menjadi daya tarik : TV Head (kepala TV).
Saya berada di tengah-tengah kegaduhan arek-arek DJ yang meneriakkan dukungan bagi tim basket putra. Tiap pertandingan saya selalu bertekad untuk memakainya, walaupun didalam sangat panas sekali. hahaha.
Tiap pertandingan, dandanan TV yang saya kenakan selalu berganti dandanan pada 3 kali laga SMA DJ berturut-turut. Pertama, "TV" saya masih pure kardus, dengan garis alis yang menantang. Kedua, di laga melawan SMAN 1 Sidoarjo, memakai kacamata 3D. Dan di laga terakhir, bodi TV saya lapisi dengan motif batik. Dandanan terakhir ini yang masuk koran, difoto oleh Mr. Barrel. hoahahaha.
MAKNA
Ada makna tersendiri mengapa saya memilih TV Head sebagai kostum saya.
Anda tahu kalau TV sekarang hampir tidak ada seorangpun yang tidak memilikinya. Semua suka menonton TV. Milyaran orang didunia menonton TV walau berbeda channel. Nah, "TV" yang saya kenakan adalah sebuah simbol kebangkitan basket DJ. Yang dulunya tidak pernah "ditonton" banyak orang, sekarang banyak yang menyaksikan pertandingan mereka.
TV itu juga ungkapan rasa bangga saya sudah bisa dengan sepenuh hati mendukung basket DJ. Kalau saya tidak punya rasa bangga terhadap teman-teman, mungkin TV itu tak akan kupakai. Walaupun akhirnya tim putra kalah di klasemen dan tidak lolos playoff, saya tidak merasa tim basket yang saya dukung itu kalah. Tidak ada beban sama sekali. Mungkin ratusan orang yang datang dan berteriak mendukung DJ saat itu juga merasakan hal yang sama, mungkin.
Di backstage, saya mengungkapkan secara pribadi ke Pak Warvin, "makasih pak, baru kali ini saya benar-benar bangga mendukung basket DJ. Gak berasa kalah."
Pak Warvin cuma balas dengan senyum dan ketawa kecil. Yah semoga tahun depan, prestasinya lebih maju lagi basket DJ. Tetap semangat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar